DARI BERAS KE BALAPAN


Pada bulan april yang lalu, di Jepang diselenggarakan kejuaran balapan amatir dengan menggunakan kendaraan berbahan bakar bio-fuel. Kejuaraan ini merupakan salah satu upaya bangsa Jepang untuk mengampanyekan penggunaan bio-fuel sebagai bahan bakar yang dianggap bisa mengurangi efek pemanasan global yang semakin mengkhawatirkan dunia.

Pada kejuaraan ini digunakan bahan bakar bio-fuel ethanol yang mencapai 98 %, yang diproduksi oleh salah satu negara produsen bio-fuel terbesar dunia, Brasil. Selain it penggunaan bio-fuel ternyata juga mampu menurunkan suara mesin yang menderu-deru dan membisingkan telinga tanpa harus mengurangi kecepatan mobil. Dalam kejuaraan in, kecepatan puncak yang dicapai adalah 350 km/jam!.

Biofuel sangat ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan bio-fuel terbuat dari tanaman, sehingga gas buang sisa bio-fuel ini memiliki kadar karbon dioksida yang rendah. Seperti yang dikatakan oleh salah satu staff enginer salah satu team pserta lomba "Gas buang dari bio-fuel tidak begitu berbau jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil".

Pengembangan Bio-fuel sendiri dipelopori oleh Amerika Serikat bekerjasama dengan Brasil. Amerika Serikat yang merupakan salah satu negara pengkonsumsi minyak terbesar di dunia, mengaku harus mencari sumber energi alternatif yang ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Oleh karena itu Amerika menggunakan lahan-lahan tidur di Brasil untuk ditanami tanaman yang mampu menghasilkan bio-fuel.

Jepang sebagai negara dengan konsumsi energi yang tinggi, tentu tidak tinggal diam, meskipun dengan jumlah yang masih terbatas, Jepang sudah mampu memproduksi bio-fuel. Hal ini dikarenakan kondisi alam Jepang yang kurang mampu menghasilkan tebu berkualitas untuk menghasilkan bio-fuel. Oleh karena itu beberapa peneliti berusaha untuk mencari alternatif lain sumber bio-fuel yang ada di Jepang.

The image “http://www.yomiuri.co.jp/dy/columns/0005/img/lens216_01.jpg” cannot be displayed, because it contains errors.The image “http://www.yomiuri.co.jp/dy/columns/0005/img/lens216_03.jpg” cannot be displayed, because it contains errors.

Salah satu eksperimen, dilakukan mulai musim semi tahun ini di Sado, perfektur Niigata, yang mana menanam padi dan mengubahnya menjadi bio-ethanol. Hal ini dikarenakan di daerah Sado merupakan penghasil beras terbaik di Jepang, surplus beras di derah ini diharapkan bisa diolah menjadi bio-ethanol. Selain menanam padi daratan, juga di kembangkan teknologi penanaman padi di air. Sehingga jumlah ladang bisa semakin luas tanpa bergantung dengan jumlah daratan.

Menurut Yutaka Kimura, yang merupakan salah satu peneliti dari Tsukuba University, mengatakan "Kita harus mampu meproduksi beras sebanyak mungkin dengan menggunakan jumlah pekerja dan biaya yang sedikit mungkin".

Jepang adalah salah satu negara yang menandatangani kontrak pengurangan gas emisi pada tahun 2050, yang ditandatangani pada pertemuan G8 yang diselenggarakan di Heiligendamm, Jerman.

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh Jepang ini selain dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi, juga ditujukan untuk menyelamatkan dunia bersama dan mewariskan pada anak cucu kita. (naz)

1 comment:

Syam AG said...

Indonesia sendiri sebenarnya sudah mulai mengembangkan biofuel. Saat ini BPPT telah membuat biofuel dari kelapa sawit dan pohon jarak.
Jepang sendiri yang diwakili oleh Nedo dan Jetro telah melakukan kerja sama dgn kita dalam pembuatan biofuel ini.
Bila program sukses, maka diharapkan tahun 2010 program ini dapat menyerap 3-5 juta lapangan kerja. Selain juga akan mengurangi subsidi penggunaan BBM minimal 10%.