DISKUSI DI THE JAPAN FOUNDATION

The Japan Foundation, Jakarta, akan mengadakan acara diskusi pada:

Hari/Tanggal : Rabu, 12 September 2007
Pukul : 14:00 WIB
Tema : Indonesia’s Foreign Policy Towards the ‘Normal’ Japan: Stability and Changes
Pembicara : 1. Dr. Dewi Fortuna Anwar (LIPI, The Habibie Center)
2. Prof. Hideki Kan (Seinan Jo University, Kyushu)
3. Prof. Richard Tanter (Nautillus Institute, RMIT)

Diskusi yang akan membahas tentang sejumlah pandangan yang muncul terkait dengan 'normalisasi' Jepang . Apakah sebenarnya yang menjadi latar belakang dari 'normalisasi' ini, dan kemanakah arahnya? Bagaimanakah dengan pertanyaan sejarah yang selalu menghantui hubungan Jepang dengan negara-negara tetangganya di Asia-Pasifik? Apakah kesalahan sama yang pernah dilakukan Jepang pada Perang Dunia II akan terulang kembali? Bagaimanakah pengaruh dari ‘normalisasi’ ini terhadap struktur keamanan kawasan di Asia Pasifik dan bagaimanakah Indonesia seharusnya menanggapi sejumlah perubahan ini?

Pengantar Diskusi

Pada tanggal 8 Juni 2006, pemerintahan Jepang mengusulkan satu undang-undang untuk mengubah status Agensi Pertahanan Jepang menjadi Kementerian Pertahanan. Undang-undang ini kemudian diluluskan oleh Diet Jepang pada bulan Desember 2006, dan pada Januari 2007 Agensi Pertahanan Jepang secara resmi berubah menjadi Kementerian Pertahan. Banyak orang yang menganggap bahwa hal ini merupakan tanda bahwa Jepang telah kembali menjadi ‘normal’. Sebelumnya, Jepang dianggap sebagai sebuah negara yang tidak ‘normal’ karena Jepang adalah negara dengan pengaruh ekonomi dan politik yang cukup besar, namun tidak ditopang dengan kekuatan militer. Sejak saat Departemen Pertahanan dibentuk (kembali), Jepang akhirnya dapat menegaskan kembali pengaruhnya dan memainkan peranan yang lebih besar dan lebih penting di kawasan Asia pada umumnya, dan Asia Timur pada khususnya. Jepang telah menjadi 'normal'.

Kurang lebih demikianlah pandangan sejumlah ahli.

Namun, sejumlah pandangan lain menyatakan bahwa ‘normalisasi’ ini sebenarnya merupakan bagian strategi global Amerika Serikat. Jepang ‘normal’ karena AS menginginkan hal itu terjadi. Jepang dibutuhkan sebagai kekuatan penyeimbang terhadap Cina dan Korea Utara, dua dari tiga kekuatan komunis terakhir di Asia. Lagipula, perubahan persepsi ancaman dalam masa perang dingin, pertumbuhan Cina yang sangat pesat sehingga mengancam dominasi AS sebagai adidaya tunggal sejak milenia baru mulai, dan kepemimpinan AS dalam kampanye perang melawan teror, telah membuat AS kesulitan untuk terus mempertahankan keberadaan pasukannya di berbagai penjuru dunia secara bersamaan.

Salah satu cara AS untuk mengatasi kesulitan itu adalah meminta para sekutunya meningkatkan kontribusinya terhadap kestabilan pertahanan kawasan mereka masing-masing. Skema cost-sharing dan burden-sharing inilah yang menjadi alasan utama 'normalisasi' Jepang di atas.

Kami mengundang kawan-kawan wartawan untuk datang menghadiri acara ini..


Acara ini diadakan atas kerjasama the Japan Foundation, Program Kajian Wilayah Jepang UI, dan The Habibie Center. Acara ini terbuka untuk UMUM. Tanpa pungutan biaya.Silakan daftarkan nama anda melalui e-mail dipo@jpf.or. id / sms melalui 0811-874-768 .

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi Dipo di (021) 520 1266 atau melalui email ke dipo@jpf.or. id

No comments: