Melatih Kecerdasan dengan Igo


Permainan Igo yang sangat terkenal di Jepang kini mulai berkembang di Indonesia. Hubungan yang terbina baik antara Indonesia dan Jepang membuat permainan Igo mudah diterima masyarakat Indonesia. Permainan ini menarik banyak minat setelah film kartun Hikaru No Go diputar di stasiun TV7 pada tahun 2002.

Kini popularitas Igo disebarkan dengan adanya aktivitas Igo di Japan Foundation di Jakarta dan di kampus Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta setiap minggu. Di Japan Foundation, kegiatan Igo diselenggarakan tiap Jumat pukul 16.00-21.00. Diperkirakan kini telah 1.000 lebih warga Indonesia bermain Igo.


”Pemainnya sebagian orang Indonesia yang pernah tinggal di Jepang, atau orang Indonesia yang bekerja di perusahaan Jepang. Dia dikenalkan permainan ini oleh bosnya,” kata Edwin Halim, Ketua Umum Federasi Igo Indonesia, di Pameran Indonesia-Jepang Expo 2008 di Arena Pekan Raya Jakarta Kemayoran, Jakarta, Selasa (4/11). Bagi warga Jakarta yang ingin tahu Igo bisa datang ke stan Igo untuk belajar. Pelatihan diberikan gratis hingga Jumat (7/11).

Igo adalah permainan di mana dua orang saling memperebutkan wilayah permainan. Permainan ini menggunakan papan seperti catur, dengan 19 titik x 19 titik yang terhubung oleh garis. Setiap pemain bisa melangkah ke mana saja, tidak seperti catur yang mempunyai ketentuan langkah setiap bidaknya. Akibatnya, setiap pemain tidak bisa memprediksi ke arah mana lawannya akan melangkah.

Pemain pertama memakai biji hitam, sedangkan pemain yang lain memakai biji putih. Setiap pemain harus berusaha menutup jalan lawannya sehingga dia bisa merebut wilayah kekuasaan lawan. Strategi dan langkah yang diambil setiap pemain selalu berbeda di setiap permainan. Inilah yang membuat permainan Igo menjadi sangat menarik.

Permainan Igo sebenarnya berasal dari China kuno. Ada cerita yang mengatakan, permainan ini diciptakan oleh Kaisar Yao (2357-2256 SM) sebagai hiburan untuk anaknya. Ada juga cerita yang menyebutkan Kaisar Shun (2255-2205 SM) yang menciptakan permainan ini untuk meningkatkan kemampuan berpikir anaknya yang lemah.

Igo masuk ke Jepang dari Korea oleh para seniman, kaum terpelajar, dan pegawai pemerintahan yang bermigrasi ke Jepang untuk menghindari kekacauan politik Korea. Namun, ada juga yang percaya Igo dibawa langsung dari China pada tahun 735 oleh Kibi no Makibi, Perdana Menteri Agung Kibi. Pada zaman ini, permainan Igo menjadi permainan elite kerajaan.

Kini di Indonesia permainan Igo sudah mulai dikenal. Sudah beberapa kali turnamen diselenggarakan. Baik antara pemain Indonesia maupun turnamen empat negara, yakni Indonesia, China, Jepang, dan Korea. Beberapa kali pemain Indonesia keluar sebagai juara. Pada Sabtu (8/11) dan Minggu (9/11) ini juga akan diselenggarakan turnamen Igo di Indonesia-Jepang Expo.

Namun, Edwin mengakui, hingga kini untuk mendapatkan peralatan mainan asli masih sulit. ”Kami masih mengimpornya dari Korea. Harganya cukup mahal, Rp 200.000/set,” ujarnya.

Untuk menghemat, akhirnya banyak pemain yang memakai karton yang telah diberi garis kotak-kotak sebagai pengganti papan permainan, sedangkan untuk biji Igo diganti dengan kancing baju.
_____________________

Catur khas Jepang atau igo kini semakin populer. Igo adalah permainan di mana dua orang saling memperebutkan wilayah permainan. Permainan ini menggunakan papan seperti catur, dengan ukuran 19 titik x 19 titik yang terhubung oleh garis. Pemain pertama menggunakan biji hitam, sedangkan pemain yang lain memakai biji putih. Setiap pemain harus berusaha menutup jalan lawannya sehingga dia bisa merebut wilayah kekuasaan lawan. Untuk info lebih lanjut tentang igo masuk aja ke http://www.igoindonesia.org/ ato kalo pengen maen langsung secara online, main di games.yahoo.com/board-games.


Source : www.kompas.com

No comments: