Kehidupan di Mata Seniman Jepang

The image “http://www.jawapos.com/images/1184342838b” cannot be displayed, because it contains errors.

SURABAYA - Budaya, agama, sistem, serta pengaruh luar lain membuat manusia terkungkung. Kebebasan jiwa dan kodrat sebagai manusia seutuhnya tidak pernah keluar dari sebuah lingkaran. Manusia bak mayat, namun masih mempunyai sisa-sisa kehidupan, meski dipaksa menyesuaikan.

Bagi Singho Kimura, seniman teater asal Jepang, problem semacam itu sangat menarik jika ditransfer dalam gerakan tari yang terangkum dalam teater gerak. Hal tersebut dia buktikan pada penampilan satu jam lima belas menit dalam arena Surabaya Dance Festival (SDF) 2007 yang berlangsung di Gedung Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) kemarin.

Remains, begitulah Singho memberikan judul untuk karyanya. Menurut pemimpin grup Store House Company-Jepang itu, Remains berarti sebuah ruang di mana semua roles (peran) berkumpul mengikat manusia. "Akhirnya, Remains memaksa manusia menjadi seperti binatang sosial. Remains juga menyugesti kehidupan manusia menjadi layaknya kehidupan hewan dalam sebuah sistem sosial," ungkapnya.

Dalam pementasan tersebut, Singho memakai enam penari sebagai simbolisasi. Mereka hanya menggunakan penutup tubuh berupa stocking. Stocking yang mereka pakai dikaitkan satu sama lain sebagai simbol kehidupan manusia yang selalu terikat sistem. Ada kalanya penari menarik-narik stocking, berusaha melepaskan diri.

Hingga akhirnya, satu per satu mereka terlepas dari ikatan. Meski demikian, gerakan tari tetap menunjukkan sebuah keengganan dan ingin kembali bersatu seperti semula. Menggelinding ke kanan, ke kiri, naik, dan turun.

"Manusia sebagai individu tidak ada apa-apanya. Tapi, jika kembali dalam sistem, manusia bisa hidup lagi," ujar pria 50 tahun itu.

Penari-penari tersebut hanya diiringi musik menggunakan keyboard. Kebanyakan alunan musik itu bernada minor sebagai lambang kegelisahan yang terus bergejolak.

Singho tidak memungkiri bahwa Remains dibuat untuk menyikapi kondisi masyarakat Jepang saat ini. Bagi dia, sistem kehidupan di Jepang sebenarnya tidak terlalu kuat, tapi masyarakat sendiri yang mengontrol.

Singo Kimura dan Store House Company akan melanjutkan lawatan seni ke Rusia dalam International Dance Festival di Rusia, September mendatang. Sebelum tampil di SDF, Singo sempat mampir ke Jogja, tepatnya di Kedai Kebun dan Gunung Kidul. (ode)

Source : www.jawapos.com

No comments: